Laan van Kronenburg

dan perdjoeangan masih panjang

Secangkir kopi hitam panas dan “Perdjoeangan yang panjang (untuk sementara) dihentikan [3 – selesai] …”

Akhir sebuah awal …

“Akhir sebuah awal” merupakan tiga rangkaian kata yang sering DosGil gunakan untuk menggambarkan kelulusan, kenaikan pangkat dan hal-hal lain yang serupa. Tiga rangkaian kata seperti paradoks ini mampu menandai batas antara satu tingkatan yang telah usai ditempuh dan langkah pertama di tahap berikutnya. Dan kapan perdjoeangan ini usai? Perdjoeangan usai jika dan hanya jika si pedjoeang menyerah atau sudah rebah berkalang tanah *lebay. Lho, kalau tujuan sudah tercapai, bukankah perdjoeangan sudah usai? Menurut DosGil, jika tujuan sudah tercapai maka si pedjoeang akan mengambil langkah pertama untuk tujuan berikutnya. Jika dan hanya jika si pedjoeang belum menyerah atau belum rebah berkalang tanah, maka perdjoeangan tidak akan pernah usai. Meski demikian seiring dengan runtuhnya gedung Laan van Kronenburg di Amsterdam coret (Amstelveen) dan diperolehnya selembar kertas dengan segel Vrije Universiteit serta surat penugasan kembali menjadi Dosen (yaayyy jadi dosen lagi …) sudah mampir di loker, maka (untuk sementara) perdjoeangan yang panjang dan sunyi ini dihentikan.

… dan dengan ini pula blog ini dinyatakan akan sangat tidak mungkin dimutakhirkan lagi oleh DosGil alias ditutup. Silakan mampir berkunjung di blog DosGil pada tautan berikut: www.dosgil.wordpress.com karena sebagai pradjoerit pedjoeang dan pedjoeang pradjoerit tiada perdjoeangan berakhir …

8 Juni 2012 Posted by | Secangkir ... | 6 Komentar

Secangkir air putih dingin dan “Perdjoeangan yang panjang (untuk sementara) dihentikan [2] …”

Makan Malam di Amersfoort

Collaboration atau kolaborasi merupakan kata kunci dalam tiap kali DosGil mendapat undangan makan malam dari seorang guru sekaligus seorang sahabat di Amersfoort. Beberapa titik kritis dalam perjalanan DosGil di negeri kincir angin seringkali bermuara di Amersfoort. Setidaknya ada 2 puncak dan dua lembah dilewati DosGil dengan makan malam di Amersfoort. Tidak perlu disebutkan karena hanya menambah curcol dan sentimentil cerita.

Kali ini, jika tidak salah hitung karena menulis ini sambil tipsy setelah sebotol anggur Spanyol, berarti makan malam ke-5 DosGil menyambangi Amersfoort. Dan lagi-lagi pembicaraan sekitar kolaborasi, membuka kesempatan dan be open mind. Secara tidak sengaja DosGil lalu mencoba menghitung berapa tangible product dari sebuah hospitality berupa makan malam, hmmm … uncountable. Ya, mungkin bisa dhitung, tapi DosGil memilih untuk tidak menghitung. Kenapa? Impact factor! Atau boleh dibilang the multiplying effect. DosGil hadir di sini karena selain ada kesempatan juga karena terinspirasi beberapa dosen DosGil yang telah mendahului melakukan riset kolaborasi dengan departmen tempat DosGil menempuh S2 dan S3. Belum lagi jika memperhitungkan fakta bahwa sejak DosGil bergabung di tahun 2006, DosGil menjadi saksi setidaknya 5 orang dari Indonesia mendapat gelar Master di sini (termasuk DosGil) dan 2 orang PhD di departmen ini. Dan mari kita lihat ke depannya … Mungkin tidak secara langsung ada mahasiswa datang ke sini lagi untuk studi tapi mari kita coba lihat ke depan dampak dari para lulusan inidi Indonesia. Hal ini tentu saja tidak dapat dijawab sekarang. Terkait publikasi ilmiah (internasional), hmmm setidaknya sudah tidak cukup jari tangan dan kaki digunakan untuk menghitung artikel ilmiah yang terlahir dari buah kolaborasi ini. Dan, seperti badai (lebay sih …), kata kolaborasi ini seperti berdengung-dengung terus di telinga Dosgil semenjak DosGil merampungkan ujian disertasi hari Rabu tgl 23 yang lalu. Semangat dan roh kerjasama meliputi hampir setiap pembicaraan baik formal (dalam rapat-rapat terbatas) atau sekedar saat bincang-bincang informal sambil minum segelas dua gelas bir dan bertukar kartu nama (beberapa berlanjut dengan diskusi di email).

Hospitality dan collaboration bukan komplemen maupun substitusi, namun collaboration pasti akan sangat pesat dengan katalis hospitality. Seperti malam ini, barbeque-an di taman belakang rumah teman bersama anak dan istrinya ditutup dengan anggur merah dan kopi, banyak sekali perbincangan kolaborasi yang tinggal menunggu waktu untuk disolidkan. Dari rapat terbatas beberapa hari yang lalu (dan didetailkan saat makan malam tadi), DosGil mendapat posisi baru sebagai peneliti tamu di departmen ini. Setidaknya ada satu proyek yang dikerjakan bersama dan DosGil mendapat fasilitas untuk penelitian kurang lebih seperti long distance postdoc. Pasti ini jauh lebih menarik daripada long distance relationship. :p Jadi meski perdjoeangan yang panjang (untuk sementara) dihentikan. Tidak berarti kolaborasi berhenti. Perdjoeangan akan dilanjutkan dengan medan dan strategi yang berbeda, serta tuntutan yang berbeda pula tentunya.

Apakah kolaborasi berlawanan dengan kompetisi? DosGil tidak dapat berpendapat dengan pasti dalam hal ini. Namun secara personal DosGil tidak menyukai kompetisi. Dengan kompetisi, the winner takes it all dan the winner stands alone. Tidak nyaman bukan berada di puncak sendirian meski mendapat segalanya? Kompetisi dan kolaborasi memiliki akar yang sama yaitu kompetensi. Tanpa kompetensi, pasti akan tersingkir dalam awal kompetisi. Tanpa kompetensi, kolaborasi atau kerjasama berarti yang lain kerja dan hasilnya sama-sama dibagi rata. Hal yang tidak adil pastinya. Pengalaman-pengalaman studi dan hidup di Belanda ini membuat DosGil menjadi semakin sadar bahwa kompetensi dikembangkan dan juga berkembang pesat dengan kolaborasi. Kolaborasi yang menyenangkan adalah kolaborasi yang saling melengkapi dan kesadaran akan saling menghargai satu sama lain yang dijiwai dan dibalut hospitality yang tulus dan ikhlas. Kompetensi juga dapat berkembang pesat dengan kompetisi, namun dengan sedikit penyakit hati yang mengambil peran maka dengan sangat mudah akan terjadi sebaliknya, kemunduran dan destruksi.

Semoga bisa menikmati makan malam di Amersfoort lagi kelak …

*meracau sambil tipsy dan ngantuk berat.

29 Mei 2012 Posted by | Secangkir ... | 1 Komentar

Secangkir air putih dingin dan “Perdjoeangan yang panjang (untuk sementara) dihentikan [1] …”

Iya, seiring dengan berakhirnya era gedung hospitium, satu-satuya gedung dengan alamat “Laan van Kronenburg”, perdjoeangan pun sudah mencapai puncak terdekat. Istirahat sebelum lanjutkan ke pos berikutnya dan blog ini akan “ditutup”. Oleh karena itu dalam beberapa hari ini akan diposting seri cerita-cerita yang mengiringi DosGil mencapai “puncak terdekat”. Kisah-kisah selanjutnya belum ditentukan akan diceritakan di situs dengan domain apa. Info lengkap akan disampaikan di postingan terakhir nanti.

“Visa Studi ke Belanda gratis!”

Iyahhh, visa studi atau riset di Belanda di Kedutaan Belanda di Jakarta gratis. Ini hasil pengalaman DosGil saat apply visa untuk ke Belanda (lagi) bulan Mei ini. Baiklah DosGil akan berbagi di sini. Semoga bermanfaat, terutama jika ada yang berkasus serupa.

Jadi DosGil harus ke Belanda lagi untuk ujian akhir. Dokumen yang dibutuhkan adalah: dokumen standard (paspor yang masih berlaku hingga tiga bulan setelah tgl pulang, foto *eittss daripada gak kepake mending foto di kedutaan aja Rp 50.000, formulir yang sudah diisi dan ditandatangani, bukti booking tiket, dan asuransi perjalanan meng-cover selama berpergian minimal “manfaat” 30k Euro (harganya sekitar 700rb IDR), apalagi ya.. sepertinya sudah), dokumen dari pihak pengundang: surat undangan resmi dari institusi tempat akan sekolah/riset (dalam hal ini DosGil dapat surat undangan dari supervisor dengan kop Universitas) yang MENCAMTUMKAN maksud dan tujuan mengundang, TANGGAL pasti kita “dibutuhkan” di sana, dan JIKA MUNGKIN kepastian dan pernyataan bahwa akomodasi kita disupport dan diatur mereka, lalu SEMUA dokumen pendukung baik dari pengundang maupun dari kita meliputi KTP, slip gaji, keterangan kerja, akta kelahiran, akta nikah, kartu keluarga dll yang membuktikan kalau kita pasti pulang. TAPI usahakan jangan sampai ada dokumen yang bertentangan.

DosGil hampir “telat” saat daftar untuk apply visa karena jadwal appointment yang hanya bisa diakses via http://jakarta.embassytools.com/en/index penuhhhhhhh hingga dua minggu setelah DosGil lengkap dokumennya. Alhasil dapat pagi jam 8 tgl 28 Maret. So, mungkin lebih baik sudah booking janjian sembari melengkapi dokumen, terutama jika dokumen utama berupa surat undangan sudah pasti akan di tangan.

Jadi DosGil 26 merapikan dan melengkapi dokumen (mengkopi semua dokumen). Tgl 27 berangkat naik kereta, mencari hotel yang dekat kedutaan. Pagi-pagi sekali tgl 28 jam 6.30 meluncur ke kedutaan. Kedutaan buka jam 7 tapi “saingan” kita adalah travel-2 agen yang bisa jadi membawa lebih dari 5 passport. So lebih cepat lebih baik dan menunggu di depan pintu konsuler kedutaan. Jam 7 dipersilakan masuk dan diberi nomor (Dosgil dapat nomor 5), lalu dipanggil satu-satu skrining awal dokumen di sekuriti depan, saat ini foto yang dibawa DosGil dianggap tidak “layak”, alhasil harus foto ulang di tukang foto yang disediakan kedutaan. Dicek dokumen lengkap dan diminta menunggu. Jam 8 lebih sedikit dipanggil satu persatu (dan DosGil masih menunggu foto karena tukang foto buka jam 8), setelah foto jadi DosGil masuk dan diberi antrian lagi di dalam kantor konsuler. Di sini menanti cukup lama karena satu-persatu diwawancarai. Ketika tiba saat DosGil diwawancarai dan menyerahkan dokumen, dikatakan lengkap (kelebihan malah but better more than less) dan dibilang GRATIS karena untuk studi. 😀 Horreee Lalu diminta datang kembali sore harinya, karena sekarang tidak perlu menunggu 10 hari, melainkan sehari jadi. Jika dokumen masuk sebelum jam 11 am kemungkinan besar bisa diambil hari itu. Kalau di atas itu biasanya diambil hari berikutnya. Eh iya, ini juga kalau dibuatkan visa alias disetujui. DosGil kembali sore harinya sesuai jam yang ditetapkan, dan … ternyata visa DosGil disetujui, puji Tuhan. Tapi belum jadi sehingga masih diminta menunggu sebentar daripada harus balik keesokan harinya. Sebentar itu cuma 90 menitan koq. Heheh, sayang tidak boleh bawa hape ke ruang konsuler.Jadi mati gaya deh …

Begitu sekedar sharing DosGil terkait prosedur memperoleh visa riset/studi di Belanda.

*gerahsangatharini

26 Mei 2012 Posted by | Secangkir ... | 4 Komentar

Secangkir teh soda dan “Laan van Kronenburg 431, nasibmu kini …”

Setelah pindah dari Laan van Kronenburg 431, tempat tinggal Dosgil saat mendaratkan kaki di Belanda pada tahun 2006 hingga pindah ke 1st Ringdijkstraat lalu pindah ke Den Haag dan pulang ke Indonesia, akhirnya hari ini DosGil melihat kembali gedung “hospitium” Laan van Kronenburg. Gedung yang menjadi saksi bisu banyak kejadian di hidup hampir semua mahasiswa asing yang sekolah di Vrije Universiteit Amsterdam, termasuk DosGil. Ah sudahlah … kalau dibuat daftar beserta tautannya akan menjadi semakin basi dan (sok) melankolis. Yang jelas gedung itu sekarang sudah tidak difungsikan dan dalam proses untuk dihancurkan

Foto dari hasil pencarian di google yang membawa DosGil ke memori indah tinggal di Laan van Kronenburg, nama yang dipilih sejak awal dalam pembuatan blog DosenGila …
Laan van Kronenburg

Sementara berikut adalah foto yang diambil dari gedung baru pengganti di sebelah timurnya yang tidak lagi menggunakan nama “Laan van Kronenburg” (klik pada gambar untuk memperbesar, siapa tahu ada yang menemukan “jejak” tante kun**):

… tiada yang tetap, semua yang indah pun akan lenyap. Hanya kasih Tuhan yang tak kan hilang, tinggal tetap meski kita pulang …

16 Mei 2012 Posted by | Secangkir ... | 1 Komentar

Secangkir coklat dengan sedikit gula dan ” … entahlah.”

Iyah … maaf. Sudah lebih dari sebulan tidak apdet. Ada apakah? Tidak ada apa-apa sebenarnya. Hanya satu kata, malas. Dan dengan sediit gula semoga bisa mengusir malas ini.

Oh ya, salah satu penyebab malas ini adalah hadirnya GrooviaTV yang sudah memasuki bulan kedua sepertinya di rumah. Masih ada beberapa paket promo gratis yang tersedia. Ah, nanti kalau sudah habis masa promo plus satu bulan DosGil akan coba review. Iya, janji. Nanti kalau bulan Juni belum muncul review ditagih ya.

Terkait review, bebrapa hari yang lalu memenuhi ajakan teman (dan traktiran teman) Mas Pepeng di Nasi Goreng Sapi di depan SMAN 3 Yogyakarta. Menurut dosgil, dari segi rasa biasa saja. Dari segi tempat tidak nyaman. Dari segi pelayanan … hmmm cepat sih dgn pelanggan sebanyak itu. Entah kenapa bisa rame sangat. Ah iya mungkin untuk nongkrong rame-rame tempat itu strategis dan terjangkau.

*lapar, cari makan

25 April 2012 Posted by | Secangkir ... | 1 Komentar

Secangkir ocha dingin dan “pajak …”

DosGil baru saja pp perjalanan bersama teman-teman CA ke barat menggunakan mobil. Ke barat lagi? Lha iya, kan Jogja (the most beautiful city in the world) ada di tengah-tengahnya dunia Jawa. Jadi kalau perjalanan akan sering ke barat dan juga ke timur. *nggak nyambung. Eh, iya ke barat lagi karena kebetulan lagi banyak afinitas untuk ke barat, kali ini ke Tegal. Iya-iya, gak sepenuhnya ke barat, pakai ke utara juga. Perjalanan sungguh seru sekali pakai bangetttttssssss. Apalagi di Tegal hadir guna menjadi saksi kejadian langka: Pernikahan @ekowanz dan @nungkiputri! Selamat ya … semoga damai sejahtera dan bahagia senantiasa. May the Force be with you, always!

Salah satu hal yang menyebabkan serunya perjalanan kali ini bagi DosGil adalah bahwa ini merupakan perjalanan darat menggunakan mobil pertama sejak lebih dari 15 tahun yang jarak tempuhnya di melampaui Jogja-Salatiga. Dan ini kali pertama DosGil menyusuri Pantura dari Semarang-Tegal, jalan yang penuh lubang itu. Hmmmfff, lubang-lubang itu membuat DosGil sebagai “navigator” (fungsi utama: memastikan pemegang kendali tidak ngantuk) menjadi agak ringan. Tapi kan … tapi kan itu ruas jalan termasuk vital bukan? Koq kualitasnya seperti itu ya? *kemanaajeluEm? Dikemanakan pajak-pajak yang kami bayar?

Omong-omong soal pajak, sudah pada laporan SPT kah?

*DosGil masih berusaha recovery, ternyata fisik sudah tidak muda lagi.

19 Maret 2012 Posted by | Secangkir ... | 2 Komentar

Secangkir air putih dan “Harddisk baru, mainan baru …”

Yaiyyyy … Matur sembah nuwun Kang @sandalian yang telah bantu pengaturan perangkat keras dan lunak, dan kepada teman-teman yang mendonasikan dananya sehingga server lokal molmod.org bisa running simulasi lagi, setelah beberapa minggu hibernasi karena masalah teknis. Ow .. ow .. ow senangnya. *ini sekarang lagi mengelola berkas-berkas digital supaya lebih efisien

Semenjak DosGil pulang dari Amsterdam, Maret tahun lalu, server ini difungsikan untuk memback-up simulasi ringan yang tidak perlu dilakukan di superkomputer di Vrije Universiteit di belahan bumi yang nun jauh di sono. Praktis setelah thesis submitted dan harddiks penuh (dan banjir Thailand meningkatkan harga harddiks secara drastis), server diistirahatkan dulu. Aaaaaaaaa *pengen teriak-teriak saking senangnya

Sementara secara teknis siap melakukan simulasi, kepulangan DosGil memiliki konsekuensi kesibukan-kesibukan domestik. Pucuk dicinta ulam tiba, seorang rekan siap side-by-side bersama DosGil membackup urusan komputasi. Fiuhh semalam ndak sadar sampai lebih dari jam 10 diskusi dari aspek teknis sampai saintifik lengkap dengan peta jejaring yang bisa dieksekusi untuk mewujudkan tujuan approximate: Aplikasi decision support system berbasis web untuk prediksi in silico aktivitas/toksisitas suatu senyawa dengan protokol yang tervalidasi. Tunggu tanggal mainnya *mohon dukungan dan doanya

Dan ada keinginan iseng DosGil yang sepertinya masih jauh panggang dari api: Membuat (parodi) videoklip dengan  tema pemodelan molekul/bioinformatika seperti video-video berikut: http://www.youtube.com/watch?v=ZR5hWKHuHug dan http://www.youtube.com/watch?v=Fl4L4M8m4d0

 

*menunggu perpindahan berkas-berkas ….

9 Maret 2012 Posted by | Secangkir ... | , | Tinggalkan komentar

Secangkir air putih suam-suam kuku dan “Menulis buku …”

Buku? Iya, buku. Kenapa buku? nDak cukup bikin kultwit atau bahkan nge-blog? Errr … Lha itu notes di FB juga bisa dipakai, kenapa buku? #kemudianhening

Di atas adalah percakapan imajiner yang terjadi di benak DosGil beberapa saat lalu saat akan menulis buku. Dan memang sih, dalam menulis buku (ber-ISBN) Dosgil belum pernah tembus lebih dar 60 halaman. Tapi kenapa buku? Karena dengan buku, DosGil memiliki kesempatan untuk merangkum kembali loncatan-loncatan ide dan gagasan, yang berserak dalam diskusi, berbagai blog, milis, bahkan status fb dan kicauan twitter, dalam satu cerita utuh dengan topik tertentu. Singkatnya, mempermudah pembaca (atau partner diskusi) melakukan “helicopter view“. View, view ttg apa? Ya tentang topik tertentu. Misal? Misal … hmm tentang kerjaan/gagasan/idealisme/tips-trick DosGil di pemodelan molekul. Tahun 2012 ini DosGil sudah 3 manuskrip siap terbit, satu sudah dapat ISBN, yang 2 masih dalam proses memperoleh ISBN. Buku apa sajakah itu? Yang pertama tentang statistika dengan aplikasi R, yang kedua thesis DosGil (ini yg tertebal), dan yang ketiga adalah buku tentang simulasi penambatan molekul. Buku kedua dan ketiga, jika tidak ada aral melintang setidaknya pada bulan Juni sudah bisa didistribusikan e-booknya, sedangkan buku kesatu akan didistribusikan dalam bentuk cetakan. Ahhh … semoga bermanfaat.

*mencari, memanggil mood untuk menulis buku lagi.

2 Maret 2012 Posted by | New idea ..., Secangkir ... | , , , , | 2 Komentar

Secangkir campuran 50:50 ocha dan coklat serta “jebakan binary dalam media sosial …”

Berdiskusi (istilah agak keren dari ngobrol ngalor ngidul ndak jelas) CahAndong Pusat featuring Tikabanget dari CahAndong cabang Jakarta sempat menyinggung soal susu formula (sufor) vs. ASI. DosGil ditanya, “Bagaimana pendapat DosGil tentang penggunaan sufor karena sang Ibu mengalami kesulitan dalam menyusui? (jiaaahhh serasa wawancara resmi untuk bahan skripsi: Eh Iya, hari ini Sita wisuda setelah pertarungan hampir tak berkesudahan dengan skripsinya. Selamat Sita!). Jawab DosGil,”Kalau menurutku sih, ya ndak papa toh orang memang gak bisa. Idealnya sih memang ASI esklusif. Tapi kalau memang ndak isa piye?”

Baiklah jawaban di atas masih debatable, dan memicu ke alternatif lain selain sufor (misal di-ASI-kan ke ibu lain) yang bisa memicu diskusi baru lagi. Bukan .. bukan, tulisan ini bukan tulisan mendukung sufor. Kata Mama DosGil, DosGil ASI-nya lebih dari 2 tahun dan sejak disapih pun ndak doyan sufor. Entah kenapa, “Ndak doyan sufor” ini juga nurun ke anak DosGil. Padahal anak DosGil hari-hari pertama hadir di dunia terpaksa konsumsi sufor karena kondisi waktu itu. Yang menggelitik DosGil untuk menulis ini adalah lanjutan dari obrolan itu. “Lha, tapi tekanan masyarakat juga lewat media sosial ki sepertinya seorang Ibu kalau memberikan sufor meski karena terpaksa ki jadi seperti kriminal je …” Dueengggg Iya juga sih, itu yang sering DosGil rasa dari mengamati linimasa saat kurang kerjaan, diskusi di blogosfer, mantengin status fb dll.

Diskusi, twitwar, perang komen dan like di fb cenderung mengerucut ke polarisasi pendapat. 0 atau 1. Either … or … Yup, DosGil sekilas muncul hipotesis: Ada fenonema “jebakan binary” dalam media sosial. Apakah ini terkait kultur dunia maya yang memang dibangun dari serpih-serpih digital 1 dan 0? Atau lebih karena sifat dasar manusia yang gampang terpolarisasi? Sebagai contoh: cicak vs. buaya, dee vs. haque, sufor vs. ASI, FPI vs. (apa ya negasi dari FPI?), …, …, dan silakan tambahkan sendiri contoh-contohnya.

Sedikit analisis ngawur DosGil: Media sosial mungkin memang efektif untuk kampanye, pencitraan, baim (bangun imej; mencontek istilah dari mBak Rini) namun sedikit berbahaya karena keterbatasan/kekhasan fitur-fiturnya (misal twitter yang hanya maksimal 140 karakter). Sinergi antara sifat dasar manusia dan kultur digital dunia maya bisa bisa jadi meningkatkan kuantitas dan kualitas “jebakan binary” yang bahkan bisa “menghakimi” seorang Ibu yang sangat menyayangi anaknya dan karena sesuatu hal terpaksa memberikan sufor menjadi seorang “kriminal”.

Bagaimana menghindari “jebakan binary” ini? Bisakah binary yang bersifat nominal diubah menjadi scale? Misal dalam kasus “kriminalisasi” Ibu sufor, dengan mengubah pola pikir menjadi ASI eksklusif adalah kondisi ideal yang ingin kita capai (misal diberi nilai A). So, usaha Bapak-Ibu jabang bayi untuk memenuhinya hingga kondisi ideal ini yang patut disemangati. Mungkin ada yang dapat nilai A, tapi akan banyak yang dapat nilai B dan C serta pasti ada yang dapat nilai D dan E. Alih-alih menghakimi yang dapat B supaya dapat A, DosGil lebih mengusulkan untuk mendampingi yang C, D dan E untuk berusaha meningkatkan “nilai”nya. Andaikan yang dinyatakan lulus hanya yang mendapat nilai A semua dan IPK 4.0 pasti Graha Sabha Praman tidak sepenuh saat ini. Iya kan Sita?

*DosGil, menguap lagi masih ngantuk … setelah semalam bimbingan skripsi sampai hampir pagi.

21 Februari 2012 Posted by | New idea ..., Secangkir ... | , , , , , | 12 Komentar

Secangkir mixed ocha-coklat dan “perjalanan sangat pendek ke barat …”

Yayyyy … blog ini direview di dagdigdug oleh Oom Yahya. *besar kepala

Melanjutkan tulisan minggu lalu di sini, DosGil akhir pekan lalu berkesempatan mengunjungi tanah leluhur (*tsahhh) di Ngulakan, Kulon Progo. Sebuah perjalanan sangat pendek ke Barat. Sepanjang perjalanan, DosGil selalu mendapat konfirmasi dari salah satu kepercayaannya yaitu, “Jogja is the most beautiful city in the world”. Jogja yang dimaksud DosGil dalam hal ini adalah satu entitas Ngayogdjakarta Hadiningrat. Iya, errrr malah terus ndak isa menuliskan dengan kata-kata, silakan check tautan ini dengan tag [pp ke Wates] untuk melihat beberapa foto jepretan perjalanan menuju Wates.

Sesampainya DosGil di tanah leluhur, DosGil semakin terpesona. Dulu ini tempat bermain-main DosGil kalau “berlibur ke desa”. Mencoba menarik memori dan menemukan rumah limasan di tengah kebun yang tumbuh liar beberapa kelapa, beberapa petak kolam, berbagai petak tanaman sayuran dan bumbu, serta sumur yang jernih dan kamar mandi ala desa yang segar. Bagian selatan dibatasi selokan, timur dengan jalan utama (dulu hanya batu krakal), utara dan barat sunga yang sumbernya hanya sepelemparan batu dari tempat itu. Hmmm … masa kecil yang indah, sepertinya. Iya, dulu begitu sampai di sana maka kelapa muda yang segar yang baru saja dipetik dari pohonnya langsung tersedia. Segar sekali rasanya karena dari kota Yogya untuk mencapai tempat itu sangatlah sulit. Entah kapan terakhir kalinya sebelum ini DosGil menginjakkan kaki di tanah seluas 6000an meter persegi itu. Yang pasti saat itu Nenek DosGil yang empunya tempat itu masih ada.

Saat ini, seperti ironi, dengan pembangunan yang cukup pesat, untuk mencapai tempat itu cukup mudah dan nyaman internet pun sudah menjangkau, namun tidak ada lagi limasan, kolam, petak sayur dan bumbu. Hanya tanah ditanami sengon dan jati dan belukar serta kelapa yang menua. Ingin rasanya membangun kembali memori masa kecil dan meninggali tempat itu. Bercocok tanam dan memelihara kambing dan sapi. Let’s see how far DosGil can go for this

*DosGil, bermimpi jadi petani 2.0

15 Februari 2012 Posted by | New idea ..., Secangkir ... | , , | 2 Komentar