Laan van Kronenburg

dan perdjoeangan masih panjang

Secangkir seduhan rosella dan undangan …

“Bro, ini Mawar (bukan nama sebenarnya) kirim sms, minta masukan kutipan ayat untuk undangan pernikahan. Ada saran?”, tanya seorang teman yang sedang menjalani proses dan prosedur pernikahan secara Katholik.

“Lha biasanya cewek itu sudah ada usulan dan kau tinggal menyetujui aja toch?”

“Usul dia sih ‘Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya’ dari Pengkotbah 13 ayat 11a”

“So? Bagus toch?”

“Bagus gimana? Kesannya pathetic sekali.”

Pathetic gimana?”

“Kebayang gak sih? Sepertinya pernikahan ini jadi puncak dari segala-galanya kalau pakai ayat itu. Padahal pernikahan ini hanyalah suatu pintu gerbang petualangan baru … Toch?”

“Sentimen amat sih kau pada ayat itu.”

“Iya, karena kesannya pathetic dan fatalistis. Padahal, dalam kasus Yunus, Allah membatalkan rencana menghukum Niniwe setelah mereka bertobat. Jujur untuk pernikahan, aku prefer sesuatu yang menguatkan …”

“Seperti?”

“Ayat yang melarang perceraian tuh apa?”

“Matius 19 ayat 6b? ‘Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia’

“Kalau nambah boleh dong?”

“Maksudnya?”

“Nikah lagi asal gak menceraikan ..he..he..he..”

“Dasar cah gemblung!”

… hening sesaat … Teman itu sepertinya berpikir keras memilih kutipan ayat yang pas. DosGil sengaja diam karena memang tidak berniat intervensi dalam hal “sakral” ini. Pernikahan (semoga) hanya sekali, semoga ayat yang dipilih cocok buat dia dan belahan jiwanya, dan mampu menjadi mercusuar jika bahtera rumah tangga itu digoyang badai.

Pembicaraan pun beralih ke masa-masa 4-5 tahun ke belakang, ketika darah panas ini mudah bergejolak dan dalam pencarian jati diri itu sering kali menyerempet-nyerempet bahaya dan berkubang “dosa”.

“Eh Bro, aku tahu ayat yang mungkin tepat buat dikau.”

“Mana?”

“Yohanes 8 ayat 11b.”

Lalu teman itu membuka aplikasi alkitab di komputernya dan melihat apa isi ayat tersebut. Sesaat kemudian dia mengambil bantal di sampingnya dan melempar ke arah DosGil sambil tertawa terbahak-bahak.

Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang. (Yohanes 8:11B)

Volendam menatap horison ...

Volendam menatap horison ...

ingin rasanya menatap lekat
wajahmu setiap saat
memelukmu erat
dan memintal cinta dalam naungan berkat …

(sedikit untaian kata di halaman belakang liturgi pemberkatan nikah DosGil, 1 Agustus 2006)

19 Mei 2009 - Posted by | Secangkir ...

7 Komentar »

  1. hahaha~ ayat yg terakhir itu bener bener ada yah?!? *nyari alkitab yg sudah berdebu*

    Komentar oleh didut | 22 Mei 2009 | Balas

    • Ayat yang mana Dut? Kalau yang pakai ..at ..at itu ndak ada sepertinya…

      Komentar oleh Enade | 22 Mei 2009 | Balas

  2. emangnya gak ada default nya ya?
    klo di Quran mesti Ar Rum 21 wes jan mesthi kuiii..

    Komentar oleh dina | 23 Mei 2009 | Balas

    • Sepertinya gak ada … :mikir:

      Anyhow, isinya apa tuh … ?

      Komentar oleh Enade | 23 Mei 2009 | Balas

  3. Ha..ha…kebetulan aku lagi cari ayat juga…
    Sebenarnya Yohanes 8:11b tuh cocok banget…

    Karena pernikahan sekarang sepertinya hanya untuk melegalkan hubungan intim. Jadi setelah pemberkatan, romo atau pendetanya sudah bisa bilang : “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

    Lha wong sudah sah….ya gak pak dosen gila…?

    Kalo pake bahasa sekarang : pergilah dan berbuatlah…sekarang udah gak dosa kok….

    Tapi kalo aku pake ayat itu, aku bisa dirajam…
    Wakakaka…

    Komentar oleh mulutmanisyangberbisa | 24 Mei 2009 | Balas

    • Pakai sajalah ayat itu Bos .. huahahahahahah

      Komentar oleh Enade | 13 Juni 2009 | Balas

  4. […] tentang perasaan dalam menanti waktu pernikahannya, bulan depan. Oh iya ini rekan yang sama yang tanya-tanya soal ayat untuk undangan. Entah ayat yang mana yang akhirnya dipilihnya, DosGil belum melihat undangannya ~to be honest […]

    Ping balik oleh Secangkir seduhan rosella dan bila esok tiba … « Laan van Kronenburg | 15 Juni 2009 | Balas


Tinggalkan Balasan ke Enade Batalkan balasan