“Metode Penelitian” dalam Cinta
Sedikit renungan dari hasil penelitian mendalam dangkal tentang aplikasi “metode penelitian” dalam meraih cita cinta.
Seringkali ketika orang jatuh cinta maka yang digunakan adalah “rasa” dan kadang “menjadi bodoh”. Hal ini, dibahas cukup tuntas oleh National Geography edisi Indonesia bulan Februari 2006. Pertanyaan yang timbul berikutnya adalah: ketika kita jatuh cinta, mampukah menggunakan sedikit rasio dan “pengamatan empirik” dalam mendapatkan cinta seseorang yang kepadanya, kita “jatuhi cinta”?
Jika jawabannya: mampu, maka langkah yang disarankan berikutnya adalah seperti tahapan-tahapan metode penelitian: dedukto-hipotetiko-verifikatif.
I. Perumusan masalah dalam hal ini adalah sebagai berikut: Apakah dia mau jadi kekasihmu? Lanjutkan dengan sedikit percobaan pendahuluan dan studi literatur. Yang harus bisa dijawab adalah: kesukaan dia, referensi mantan pacar dan mengapa putus, dan sedikit percobaan seperti jalan sebentar, ngajak ngobrol sebentar dll. Tahap ini paling penting dan disarankan cukup lama dan mendalam. Hanya saja, berkenalan saja “sulit” dan sudah menjadi masalah, bagaimana mau “percobaan pendahuluan dan studi literatur”.
II. Berdasarkan langkah pertama tarik hipotesis dari perumusan masalah: “Apakah dia mau jadi kekasihmu?” Menurut petunjuk dari seseorang yang aku lupa namanya jika hipotesisnya adalah “tidak” maka dia “mungkin” jadi kekasihmu, jika “mungkin” maka dia “akan” jadi kekasihmu, jika “ya” maka dia “pasti” jadi kekasihmu. Positive thinking will help!
III. Verifikasi! Ini adalah langkah penting dan butuh keberanian. Apa artinya tahap 1 dan 2 kalau tidak punya nyali disini? Seperti halnya penelitian, verifikasi butuh keberanian untuk menerima hasil verifikasi dan kejujuran untuk mengungkapkannya baik bagi diri sendiri maupun publik. Caranya: Tanyakan aja dan mintalah dia untuk menjadi kekasih dengan tahapan “bertanya dan meminta” sesuai strategi yang disusun berdasarkan analisis pada tahap pertama!
Namun jika ini dianggap tidak masuk akal, berarti betul pernyataan bahwa orang jatuh cinta akan “menjadi bodoh”.
Kopi paste dengan sangat sedikit sekali polesan dari sini atas seijin yang punya blog.
Sedikit banyak saya melakukan langkah-langkah itu ketika saya jatuh cinta untuk terakhir kalinya…berarti saya “tidak bodoh” kan? Terbukti keputusan yang saya ambil ketika saya jatuh cinta terakhir kali itu (sudah lamaaa sekali, hampir 11 tahun yang lalu) adalah yang terbaik bagi saya.
@Bu Aris: Fiuh … hebat. Aku sendiri selalu menjadi bodoh dan mengikuti “kata hati” kala jatuh cinta. Langkah pertama dan kedua sangat jarang dilakukan. Langkah ketiga yang selalu dilakukan dengan gagah berani dan kalau diceritakan bisa jadi kumpulan cerita yang lucu-lucu.
Walah…kok njlimet banget.
Dulu aku gak tahu teori itu. Hanya bermula dari bersahabat kemudian memutuskan pacaran, memperjuangkan itu sampai disetujui ortu perlu 8 tahun dan kini kami udah menikah 10 tahun.
@ Bu Yuli: He..he..he.. aku juga gak tahu koq. Yang nulis aja yang kurang kerjaan. Tapi benar kan menjadi bodoh: dengan memperjuangkan sampai 8 tahun huahahahahahaahhaahaha.
~mlayuuuuuuuuuu
Langkah pertama diteorimu itu kulakukan terus terang karena aku ini minderan and gak pe-de kalau lagi seneng sama cowok (tapi itu dulu, sekarang sudah sangat pe-de, gak minderan, namun gak mungkin jatuh cinta lagi!): mau gak ya dia sama aku?? terus terang berkali-kali pertanyaan itu kuajukan (ke aku sendiri lho!). Go to the next step: aku saat itu positive thinking karena “rasa itu sangat kuat sekali”, so aku jawab sendiri: dia pasti mau (saat itu aku sudah punya strategi agar terwujud he…he). The last step: tanyalah ke suami-ku siapa yang bilang duluan mau pacaran he…he. Ternyata aku bukan si pemalu! (ning ngisin-isini he…he).
Mungkin juga N, yang jelas aku senang karena gak pernah sakit hati dan patah hati…jadi hatiku masih bagus….
Salam kenal Bung, dan ijin menjelajahi blog yang menarik ini, postingannya sangat ringan namun mempunyai kekuatan dalam content. Sukses di perantauan disana ya.
Salam
@Bu Aris: Selamat ya …
@Bu Yuli: Ciee… yang hatinya masih bagus…. Aku sih sudah hancur menjadi serpihan berkali-kali dan disembuhkan terus meski tidak sempurna. Dan cacat di hatiku sering membuat luka di hati orang-orang yang mencintai aku. WASPADALAH … !
@ Bang David: Salam kenal juga Bang. Dan selamat serta terim kasih berkenan menjelajahi blog gila ini. Terima kasih pula atas doanya.
hmmmm……
sempet tertohok,bang bacanya
pernah aq menjadi gila karena cinta
pernah aq terjatuh dalam kekelaman karenanya
pernah pula aq merasa sperti sampah yg dibuang bgitu saja
argh….!!!!
tapi emang c,positive thinking itu sangat membantu
🙂
@dizizme: positive thinking di postingan ini mah cenderung ke-pede-an sepertinya …..
akuuurrrr bang….
jia you!!!